IqbaL_bLog!
slow jaw...
Posted by ha.210203080011 on 10.16
Antara Laskar Pelangi dan Radikus MakanKakus Andrea Hirata dan Raditya dika, keduanya adalah penulis dengan gaya bahasa yang jauh berbeda, Adrea Hirata dengan “kita tak’kan pernah mendahului nasib”, semantara radhit asik dengan “pipis gue keluar dari idung”.
Kalau kita cermati, kuduanya mempunyai satu kesamaan, merubah pola pikir pembaca!. Perubahan yang “moving foreward” tentunya. Hanya saja cara penyampaiannya berbeda.
Pada ending radikus makan kakus, radhit menyampaikan bahwa dia menjadikan kebahagiaan orang lain sebagai dasar atas kebahagiaan dirinya. Dia bahagia ketika orang tuanya bahagia. Paling tidak kita dapat berfikir, radhit yang memproklamirkan bahwa dirinya adalah siswa bodoh saja dapat membahagiakan orang di sekitarnya, sementara kita?
Radhit dengan cerdiknya memberi penghargaan pada reporter melalui guyonan khasnya, dia bilang, “reporter itu keren, supermen aja kalo siang jadi reporter, padahal dia bisa jadi pebasket, ilmuan, atau pegulat. Pasti ada alasan kenapa dia memilih reporter”.
Sederhana memang, tapi sedikit banyak itu akan mengangkat derajat para reporter. selanjutnya, para reporter akan lebih bangga pada pekerjaannya. Perubahan yang luar biasa!
Andrea Hirata, tak perlu di pertanyakan lagi. Tulisan-tulisannya telah merubah pola pikir para pembacanya. Seperti grup band nidji yang mengaku banyak terinspirasi oleh Andre Hirata dalam membuat lirik lagu. Setidaknya Indonesia saat ini telah memiliki grup band dengan lirik yang bisa di pertanggungjawabkan, tidak kacangan!
Hanya walaupun sama-sama merubah, mungkin perbedaan yang lain adalah cakupan pembaca. Andrea Hirata mempunyai pembaca yang lebih luas, hampir semua kalangan membaca buku Andrea Hirata. sedangkan Radith mempunyai pembaca sendiri. pembaca radith kebanyakan adalah anak muda, kita sempitkan lagi, anak muda urakan. Radith mengajak pembacanya untuk bisa memaafkan kebodohan dengan mengemasnya menjadi sesuatu yang menarik untuk kita perhatikan. Pada akhirnya kita disadarkan bahwa kita masih mempunyai banyak solusi untuk mengakhiri kebodohan.
Kasamaan lain antara Laskar Pelangi dan Radikus Makankakus adalah bagaimana keduanya membuat kita menyadari apa yang harus kita lakukan kedepannya. Kita akan malu bahwa ikal yang jelata telah menjadi “orang”, dan Radith yang bodoh telah sukses melewati kebohannya.
Kalau kita cermati, kuduanya mempunyai satu kesamaan, merubah pola pikir pembaca!. Perubahan yang “moving foreward” tentunya. Hanya saja cara penyampaiannya berbeda.
Pada ending radikus makan kakus, radhit menyampaikan bahwa dia menjadikan kebahagiaan orang lain sebagai dasar atas kebahagiaan dirinya. Dia bahagia ketika orang tuanya bahagia. Paling tidak kita dapat berfikir, radhit yang memproklamirkan bahwa dirinya adalah siswa bodoh saja dapat membahagiakan orang di sekitarnya, sementara kita?
Radhit dengan cerdiknya memberi penghargaan pada reporter melalui guyonan khasnya, dia bilang, “reporter itu keren, supermen aja kalo siang jadi reporter, padahal dia bisa jadi pebasket, ilmuan, atau pegulat. Pasti ada alasan kenapa dia memilih reporter”.
Sederhana memang, tapi sedikit banyak itu akan mengangkat derajat para reporter. selanjutnya, para reporter akan lebih bangga pada pekerjaannya. Perubahan yang luar biasa!
Andrea Hirata, tak perlu di pertanyakan lagi. Tulisan-tulisannya telah merubah pola pikir para pembacanya. Seperti grup band nidji yang mengaku banyak terinspirasi oleh Andre Hirata dalam membuat lirik lagu. Setidaknya Indonesia saat ini telah memiliki grup band dengan lirik yang bisa di pertanggungjawabkan, tidak kacangan!
Hanya walaupun sama-sama merubah, mungkin perbedaan yang lain adalah cakupan pembaca. Andrea Hirata mempunyai pembaca yang lebih luas, hampir semua kalangan membaca buku Andrea Hirata. sedangkan Radith mempunyai pembaca sendiri. pembaca radith kebanyakan adalah anak muda, kita sempitkan lagi, anak muda urakan. Radith mengajak pembacanya untuk bisa memaafkan kebodohan dengan mengemasnya menjadi sesuatu yang menarik untuk kita perhatikan. Pada akhirnya kita disadarkan bahwa kita masih mempunyai banyak solusi untuk mengakhiri kebodohan.
Kasamaan lain antara Laskar Pelangi dan Radikus Makankakus adalah bagaimana keduanya membuat kita menyadari apa yang harus kita lakukan kedepannya. Kita akan malu bahwa ikal yang jelata telah menjadi “orang”, dan Radith yang bodoh telah sukses melewati kebohannya.